Welcome to My Website

PUASA.... PUASA.... mari kita PUASA...
kata PUASA jangan dipenggal menjadi PUAS AH... kalau kata puasa dipenggal seperti itu,maka sama aja tidak puasa. Puasa berati menahandiri dari makan dan minum dari fajar sampai terbenamnya matahari. Tidak hanya itu, puasa juga berarti menahan hawa nafsu yang tidak baik. jika puasa diartikan PUAS AH.... maka bukan menahan, malah akan memuaskan.... jadi PUASALAH....

4.18.2009

Menjadi Kaya dengan Sedekah

Individualisme, apa pun bentuknya, tidak sejalan dengan ajaran Islam yang bersifat universal. Kemampuan seseorang adalah terletak sejauh mana ia mampu menyeimbangkan hubunganya dengan Tuhan dan juga dengan sesama manusia dan makhluk ciptaan manusia dan makhluk ciptaan lainnya. Siapa saja yang menyisihkan sebagian hartanya untuk orang yang papa: hari-harinya gundah, hanya sesuap nasi untuk mengisi perutnya yang kosong. Karena itu, sedekah harus tetap dikedepankan sebagai wujud keprihatinan kita terhadap kemiskinan. Maksud dari anjuran itu tidak lain adalah bagaimana ia bersikap peduli terhadap sesama.
Islam mengajarkan sedekah jariyah kepada umatnya agar kelak di akhirat ia mendapatkan keberuntungan yang tak terkira. Dengan demikian sedekah jariyah menjadi investasi terbesar. Orang yang meninggal tetapi mempunyai amal jariyah, maka sesungguhnya ia termasuk orang yang beruntung karena amal itulah yang akan mengantarkanya ke hadapan tuhan. Kita mungkin tak pernah membayangkan pemurahnya Allah sehingga amal jariyah sekecil apa pun bias berwujud menjadi berlipat-lipat.
Sebagai bentuk kepedulian social, sedekah sebenarnya tak hanya terbatas kepada sesame manusia. Tetapi kepada seluruh ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Bahkan kepada seekor anjing pun kita berhak menafkannya, walau itu hanya sebatas roti. Banyak orang mengira bahwa Allah hanya berada di antara barisan orang-orang yang shalat, Allah menemani orang yang berdesakan naik haji ke tanah suci, puasa, dan lain sebagainya. Mereka tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah bersama mereka yang berdagang dengan jujur, fakir miskin yang taat, orang –orang yang mempunyai kasih saying terhadap seluruh makhluk dan sebagainya.
Karena sedekah merupakan bagian dari ibadah social, tentu dalam konteks praksisoperasionalnya Islam memberikan seperangkat aturan (adap/etika) sebagaimana atuaran dalam menjenguk orang sakit, bersilaturahmai, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sedekah, Islam telah memberikan seperangkat tata aturan yang bersifat mendasar dan sangat menentukan. Misalnya, bagaimana kita bersiakap sopan ketika hendak bersedekah, saling menghargai, tidak menyakiti perasaan, tidak congkak atau sombong, dan lain sebagainya. Nilai-nilai seperti itu penting kita perhatikan. Karena hal itu juga sangat berpengaruh terhadap nilai sedekah kita di hadapan Tuhan.



Menyegerakan atau mempercepat sedekah ketika sudah waktunya. Rasulullah dan para sahabatnya seringkali memberikan contoh kita tentang hal ini. Langkah seperti ini penting dilakukan untuk menampakkan rasa suka cita orang yang menerima sedekah demi memenuhi sedekah demi memenuhi perintah Allah agar membahagiakan hati orang fakir.
Menyembunyikan sedekah adalah termasuk adab yang sebenarnya lebih menjaga sifat kesombongan atau ketakabburan hati seseorang. Sebab, tidak bias dipungkiri bahwa seseorang sangat potensial memamerkan sedekahnya dengan niatan agar dianggap dermawan. Karena itu, penting menyembunyikan sedekah yang akan diberikan dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya. Di samping itu juga untuk menjaga perasaan orang yang menerima sedekah agar tidak terbuka rahasia kefakirannya.
Kalau orang yang ingin bersedekah yakin tidak akan terserang oleh penyakit riya’, orang tersebut dapat menampakkanya agar diketahui oleh banyak orang. Dengan harapan orang-orang itu akan meneladaninya.
Dalam konteks ini, jelas bahwa menampakkan bukan berarti di dorong oleh sifat riya’, tetapi merupakan bagian dari syi’ar Islam. Seseorang yang ingin menampakkan sedekahnya dengan niatan agar diteladani, tentu membutuhkan kematangan akhlak serta keteguhan iman kepada Allah SWT.
Fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan ummat manusia adalah cenderung mengungkit-ungkit kembali kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan. Seseorang yang menyumbangkan dana pembangunan panti asuhan atau sekolah di sebuah desa, misalnya, kadang beberapa tahun kemudian mengungkit kembali apa yang telah disumangkan itu. Mengungkit-ungkit kembali apa yang telah kita sedekahkan sangat dibenci Allah. Karena bagaimanapun, sifat yang tampak dalam konteks ini adalah seakan-akan si pengungkit-ungkit itu merasa berhak untuk menarik kembali sesuatu yang telah disedekahkan.
Dalam hal kebaikan kita harus tetap merasa sedikit. Demikian juga dalam hal bersedekah. Sebab menganggap sedikit bias menjauhkan diri dari kesombongan atau berpuas diri. Karena itu, berapapun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnay sedikit, karena jika sampai menganggapnya banyak, maka kita akan merasa ‘ujub dengan pemberian itu. Sementara ‘ujub ini dapat mengakibatkan kita takabbur yang pada akhirnya dapat menghilangkan dari sedekah itu sendiri. Hal ini penting diperhatikan, paling tidak sebagai bahan refleksi. Karena bagaimanapun, yang terjadi kebanyakan orang adalah membanggakan diri karena telah bersedekah cukup banyak dan pada waktu yang bersamaan menganggap sedekah orang lain tidak ada apa-apanya secara kuantitas dibandingkan dengan dirinya.
Menyeleksi orang yang akan menerima sedekah penting dilakukan . Sebab, hal ini lebih ditunjukan agar orang yang menerima sedekah tidak hanya mendapat pahala sedekah saja. Dengan itulah beberapa adab dalam bersedekah yang penting kita perhatikan.
Sedekah memiliki beberapa hikmah, baik dalam dimensi vertical-transedental maupun social-horizontal.
1.Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa’ dan lemah.
2.Memberantas iri hati, rasa benci dan dengki dari diri manusia yang biasa timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah.
3.Dapat mencucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan serahkan yang menjadi tabiat manusia, sehingga dapat merasakan ketenangan batin.
4.Dapat menunjang system kemasyarakatan Islam.
5.Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta, keseimbangan dalam kepemilikan dan tanggung jawab individu dalam masyarakat.
6.Berfungsi pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas social.
7.Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan lainya rukun, damai, dan harmonis yang dapat menciptakan situasi yang tentram dan aman lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

VISITORS

  © Blogger templates style The Original Template by astomshed.blogspot.com 2009

Back to TOP